Tertulis dalam Shahih Tirmidzi, yang diriwayatkan oleh Umar bin Abi Salamah, putra dari Ummu Salamah (salah seorang istri Nabi), yang berbunyi sebagai berikut:
Dari Ummu Salamah berkata : “ Nabi saw berada di rumah saya bersama Fatimah, Ali, Hasan, dan Husain, lalu saya membuatkan untuk mereka Khazirah (makanan yang terbuat dari daging dan tepung), dan mereka memakannya. Setelah itu Nabi saww mengumpulkan Fathimah, Hasan, Husain, dan menutupi mereka dengan sebuah Kisa (pakaian panjang yang terbuat dari bulu hitam), dan beliau saww juga menutupi Ali yang berada di belakang beliau. Kemudian Nabi berseru, “Ya, Allah! Inilah Ahlul Bait-ku! Maka Jauhkanlah mereka dari setiap kekotoran, dan sucikanlah mereka sesuci-sucinya!’ Kemudian Ummu Salamah (istri Nabi) menanyakan, “Apakah aku termasuk ke dalam kelompok mereka wahai Rasulullah ?” Nabi menjawab, “Kamu tetaplah di tempatmu dan kamu akan menuju akhir yang baik.” Kemudian turunlah ayat “Sesungguhnya Allah menghendaki supaya dihapuskan kekotoran (dosa) dari kamu hai Ahlul Bait dan mensucikan kamu dengan sesuci – sucinya.” Q.S. Al Ahzab : 33 (Shahih at-Turmudzi, jilid 5, hal.351, 663)
انما يريد الله ليذهب عنكم الرجس اهل البيت ويطهركم تطهيرا
Sesungguhnya Allah swt hendak membersihkan kotoran atas kamu hai ahlu bait, dan mensucikannya sesuci-sucinya
(Al-Ahzab ayat 33)
Wahai ahlu bait Rasulullah saw, mencintai kamu adalah suatu kewajiban yang Allah swt turunkan dalam alquran.
(Imam Syafii ra)
Sesungguhnya Allah swt telah menciptakan Muhammad saw dan keturunannya dari tanah arsy.
(Imam Ja’far al-Shaddiq)
Tuhan belum pernah menciptakan apapun yang lebih dicintai-Nya selain Muhammad dan keluarganya.
(Al-Hallaj)
Aku yakin bahwa cinta dan patuh kepada ahlu bait itu wajib. Sekalipun musuh berusaha menjauhkanku, usaha mereka itu justru menyebabkan aku dekat.
(Ibnu al-Araby)
Kalimat Hadits Al-Kisa’
Allah swt. berfirman yang aritnya; "Sesungguhnya Allah berkehendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." (QS. al-Ahzab: 33).
Menurut
para ulama bahwa argumentasi terdekat dan terjelas yang berkenaan
dengan penafsiran ayat diatas ini ialah sebuah hadits yang dikenal
dikalangan para ahli hadits dengan sebutan hadits Al-Kisa`, yang tingkat keshohihan dan kemutawatirannya tidak kalah dengan hadits Tsaqalain. Ayat diatas ini menurut mayoritas ulama turun kepada Imam Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah, al-Hasan dan al-Husain [ra] adalah termasuk perkara yang amat jelas bagi mereka yang mengkaji kitab-kitab hadits dan tafsir. Dalam hal ini Ibnu Hajar berkata: "Sesungguhnya mayoritas para mufassir mengatakan bahwa ayat ini turun berkenaan dengan Ali, Fathimah, Hasan dan Husain". (Ash-Shawa'iq, hal 143).
Hadits ini terkenal dengan julukan Al-Kisa’ artinya selendang atau selimut, karena Nabi saw. menutupi dirinya beserta empat orang
keluarganya dengan selimut tersebut. Nash-nash hadits ini banyak
diriwayatkan oleh berbagai sumber dan oleh banyak perawi dengan tekts
yang berbeda-beda tapi mempunyai makna yang sama.
Sebagian para mufassirin (ahli tafsir) telah kami kemukakan pada pengertian/paham kedua
mengatakan yang dimaksud Ahlul-Bait dalam surat Al-Ahzab:33 hanyalah:
Rasulallah saw., Imam Ali bin Abi Thalib kw., Siti Fathimah Az-Zahra ra,
Al-Hasan dan Al-Husain [ra]. Mereka berdalil dengan hadits-hadits
Al-Kisa’ berikut ini:
Al-Hakim telah meriwayatkan didalam kitabnya al-Mustadrak 'ala ash-Shahihain fi al-Hadits:
"Dari
Abdullah bin Ja'far bin Abi Thalib yang berkata: “Ketika Rasulullah
saw. memandang kearah rahmat yang turun, Rasulullah saw. berkata,
'Panggilkan untukku, panggilkan untukku.' Shafiyyah bertanya; 'Siapa, ya
Rasulullah’? Rasulullah menjawab; 'Ahlul Baitku, yaitu Ali, Fathimah,
Hasan dan Husain’. Maka mereka pun dihadirkan kehadapan Rasulullah, lalu
Rasulullah saw.
Meletakkan pakaiannya keatas mereka, kemudian Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (maka sampaikanlah shalawat kepada Muhamad dan keluarga Muhamad).' Lalu Allah swt. menurunkan ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya' ". (Mustadrak al-Hakim, jilid 3, hal 197–198, dan beliau berkata; ‘Hadits ini shohih sanadnya’.)
Meletakkan pakaiannya keatas mereka, kemudian Rasulullah saw mengangkat kedua tangannya dan berkata, 'Ya Allah, mereka inilah keluargaku (maka sampaikanlah shalawat kepada Muhamad dan keluarga Muhamad).' Lalu Allah swt. menurunkan ayat 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya' ". (Mustadrak al-Hakim, jilid 3, hal 197–198, dan beliau berkata; ‘Hadits ini shohih sanadnya’.)
Al-Hakim meriwayatkan hadits serupa dari Ummu Salamah yang berkata; "Dirumah saya turun ayat yang berbunyi, 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilang- kan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya'. Lalu Rasulullah saw mengirim Ali, Fathimah, Hasan dan Husain, dan kemudian berkata, 'Mereka inilah Ahlul Baitku' ". (Mustadrak al-Hakim, jilid 3, hal 197-198, kemudian, al-Hakim berkata, ‘Hadits ini shohih menurut syarat Bukhari’).
Dihalaman lain al-Hakim juga meriwayatkan hadits ini dari Watsilah, dan kemudian berkata, "Hadits ini shohih menurut syarat mereka berdua".
Imam Muslim meriwayatkan hadits ini di dalam kitab shohih-nya dari Aisyah yang
berkata; “Rasulullah saw. pergi keluar rumah pagi-pagi sekali dengan
mengenakan pakaian (yang tidak dijahit dan) bergambar. Hasan bin Ali
datang, dan Rasulullah saw. memasukkannya kedalam pakaiannya, lalu Husain
datang, dan Rasulullah saw. memasukkannya kedalam pakaiannya; lalu
datang Fathimah, dan Rasulullah saw. pun memasukkannya ke dalam
pakaiannya; berikutnya Ali juga datang, dan Rasulullah saw memasukkannya
kedalam pakaiannya; kemudian Rasulullah saw berkata; ’Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya." (Shohih Muslim, bab keutamaan-keutamaan Ahlul Bait.)
Berita
ini dapat ditemukan di dalam banyak riwayat yang terdapat di dalam
kitab-kitab shohih, kitab-kitab hadits dan kitab-kitab tafsir
(Baihaqi di dalam Sunan al-Kubra, bab keterangan Ahlul-Baitnya
(Rasulullah saw); tafsir ath-Thabari, jilid 22, hal 5; tafsir Ibnu
Katsir, jilid 3, hal 485; tafsir ad-Durr al-Mantsur, jilid 5, hal 198 -
199; Shohih Turmudzi, bab keutamaan-keutamaan Fathimah; Musnad Ahmad,
jilid 6, hal 292 - 323.)
Imam Muslim dalam shohih-nya (1V:1883 nr.2424) dari Umar bin Abu Salamah anak tiri Rasulallah saw. sebagaimana dicantumkan dalam At-Turmudzi (V:663). Redaksinya dari beliau dan lain-lainnya dengan isnad shohih. Dia berkata; “Ayat berikut ini turun kepada Nabi Muhammad saw., ‘Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan, dosa dari kamu hai ahlul-bait dan membersihkan sebersih-bersihnya’ (QS Al-Ahzab:33). Ayat
tersebut turun kepada Nabi Muhammad saw. dirumah Ummu Salamah ra. Lalu
Nabi Muhammad saw. memanggil Siti Fathimah ra, Hasan dan Husain. Lalu
Rasulallah saw. menutupi mereka dengan kiswah
(baju,kain) sedang Imam Ali kw. ada dibelakang punggungnya (Nabi).
Beliau saw. pun menutupinya dengan pakaian (kiswah). Kemudian beliau
saw. bersabda; ‘Allahumma (Ya Allah), mereka itu ahli-baitku,
maka hilangkanlah dosa (kekejian dan kekotoran) dari mereka dan
sucikanlah mereka sesuci-sucinya’ (bersihkanlah mereka
sebersih-bersihnya).
Ummu Salamah ra. berkata; ‘Dan (apakah) aku beserta mereka wahai Rasulallah’? Beliau saw. bersabda; ‘Engkau mempunyai tempat tersendiri, dan engkau menuju kepada kebaikan’ “.
Diantara riwayat di dalam bab ini —didalam menentukan siapa Ahlul-Bait— ialah riwayat yang dinukil oleh as-Suyuthi di dalam kitab tafsirnya ad-Durr al-Mantsur, yang berasal dari Ibnu Mardawaih, dari Ummu Salamah yang berkata; "Dirumahku turun ayat, 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya’.
Saat itu di rumahku ada tujuh orang yaitu Jibril, Mikail, Ali,
Fathimah, Hasan dan Husain, sementara aku berada di pintu rumah.
Kemudian saya berkata, 'Ya Rasulullah, tidakkah aku termasuk Ahlul
Bait’? Rasulullah saw menjawa; 'Sesungguhnya engkau berada pada
kebajikan, dan sesungguhnya engkau termasuk istri Rasulullah saw.' ". (Tafsir ad-Durr al-Mantsur, jld 5, hal 198.)
Pada riwayat al-Hakim di dalam kitab Mustadrak-nya
disebutkan, Ummu Salamah bertanya; "Ya Rasulullah, saya tidak termasuk
Ahlul Bait”? Rasulullah saw. menjawab, ‘Sesungguhnya engkau berada dalam
kebajikan, mereka itulah Ahlul Baitku. Ya Allah, mereka inilah Ahlul
Baitku yang lebih berhak’ “. (Mustadrak al-Hakim, jld 2, hal 416.)
Pada
riwayat Imam Ahmad disebutkan; "Saya (ummu Salamah ra) mengangkat
pakaian penutup untuk masuk bersama mereka namun Rasulullah saw. menarik
tangan (tidak memasukkan) saya sambil berkata, 'Sesungguhnya engkau berada dalam kebajikan' ". (Musnad Ahmad, jld 3, hal 292 - 323.)
Dalam
satu riwayat yang mengatakan bahwa setelah turunnya ayat ini Nabi saw.
mendatangi pintu Ali bin Abi Thalib setiap waktu sholat selama sembilan bulan berturut-turut dengan mengatakan; "Salam, rahmat Allah dan keberkahan atasmu, wahai Ahlul-Bait. 'Se-sungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hal Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya’ “. Itu dilakukan oleh Rasulullah saw. sebanyak lima kali dalam sehari. (Penfasiran ayat dari Ibnu Abbas, di dalam kitab tafsir ad-Durr al-Mantsur, jilid 5, hal 199.)
Didalam Shohih
Turmudzi, Musnad Ahmad, Musnad ath-Thayalisi, Mustadrak al-Hakim 'ala
ash-Shahihain, Usud al-Ghabah, tafsir ath-Thabari, Ibnu Katsir dan
as-Suyuthi disebutkan bahwa Rasulullah saw mendatangi pintu rumah Fathimah selama enam bulan setiap kali keluar hendak melaksanakan sholat Subuh dengan berseru; "Salat, wahai Ahlul Bait. 'Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa dari kamu, hai Ahlul Bait, dan mensucikan kamu sesuci-sucinya’ “. (Mustadrak 'ala ash-Shahihain, jld 3, hal 158).Dan riwayat-riwayat lainnya yang serupa yang berkenaan dengan bab ini.
Hadits dari Aisyah ra. katanya: “Pada
suatu pagi Nabi saw. keluar dengan berselimut sebuah kain wol berwarna
hitam, ketika Hasan putra Ali (abi Thalib) datang, maka beliau
memasukkan ia kedalam selimut, demikian pula ketika Husain, Fathimah dan
Ali datang, maka beliau memasukkan mereka kedalam selimut, kemudian
beliau berkata; ‘Sesungguhnya Allah bermaksud hendak menghilangkan dosa bagi kamu, hai ahli bait dan mensucikan kalian sesuci-sucinya’ (surat Al-Ahzab :33) ”. (HR. Muslim)
Sedangkan dalam riwayat Tirmidzi disebutkan: “Ketika Allah menurunkan firman-Nya: ‘.........’
(surat Al-Ahzab:33), dirumah Ummu Salamah (isteri Nabi), maka Nabi
memanggil (Siti) Fathimah, Al-Hasan dan Al-Husain, kemudian beliau
menutupi mereka dengan sebuah kain selendang sedang (Imam) Ali yang
berada dibelakang punggung beliau juga ditutupi dengan kain tersebut,
kemudian beliau berdoa; ‘Ya Allah, mereka adalah ahli baitku, maka
hilangkanlah dosa dari mereka dan bersihkanlah mereka sebersih-bersih-
nya’. Ketika Ummu Salamah berkata;
‘Wahai Nabiyullah, aku pun bersama mereka’, maka beliau saw. bersabda;
‘Engkau berada di tempatmu dan engkau dalam kebaikan’ “.
(Ada
pula riwayat hadits lain dari Ummu Salamah yang pada waktu terjadinya
Haditsul Kisa’ beliau bertanya pada Rasulallah saw.; Ya Rasulallah,
bukankah aku dari mereka juga ? Beliau menjawab; Ya, benar! Tapi hadits
ini bertentangan dengan hadits-hadits Al-Kisa’ lainnya yang lebih kuat dan lebih dipercaya kalimat haditsnyayang menyatakan bahwa yang dimaksud ahlul-bait hanya lima orang saja, dan isteri-isteri beliau saw. tidak termasuk didalamnya.
Riwayat
hadits-hadits lainnya yang senada atau semakna hanya berbeda versinya
saja dengan hadits terakhir diatas diantaranya yaitu:
Hadits
dari Zaid, dari Syahr bin Hausyab ; Hadits dari Abu Nu’aim Al-Fadhl
bin Dakkain yang mengatakan menerima hadits dari Abdus-Salam bin Harb
dari Kaltsum Al-Muharibiy berasal dari Abu ‘Ammar ; Hadits dari Waki’
dari Abdulhamid bin Bahram dari Syahr bin Hausyab dari Fudhail bin
Marzuq dari ‘Athiyyah dari Abu Sa’id Al-Khudry berasal dari Ummu Salamah
ra..; Hadits dari Zarbayi dari Muhammad bin Sirin dari Abu Hurairah dan
berasal dari Ummu Salamah ra. ; Hadits dari Ibnu Marzuq dari ‘Athiyyah
dari Abu Sa’id berasal dari Ummu Salamah ; Hadits dari Hasyim bin ‘Utbah
bin Abi Waqqash, berasal dari ‘Abdullah bin Wahab bin zam’ah ; Hadits
dari Muhammad bin Sulaiman Al-Ashbahaniy dari Yahya bin ‘Ubaid Al-Makky
dari ‘Atha bin Abi Rabbah berasal dari Umar bin Abi Salamah ; Hadits
dari Bukair bin Asma dari ‘Amir bin Sa’ad berasal dari Sa’ad ; Hadits
dari ‘Abdullah bin ‘Abdulquddus dari Al-A’masy dari Hakim bin Sa’ad
berasal dari ‘Ali bin Abi Thali kw. dan masih banyak lagi lainnya.
Menurut jumhur ulama, semuanya ini cukup membuktikan bahwa yang dimaksud Ahlul-Bait dalam ayat Al-Ahzab:33 ialah mereka Ash-habul Kisa, sehingga dengan demikian mereka itu adalah partner al-Qur'an, yang kita telah diperintahkan oleh Rasulullah saw. juga dalam hadits Tsaqalain untuk berpegang teguh kepada mereka.
Orang yang mengatakan bahwa 'itrah itu artinya keluarga, sehingga merubah maknanya, itu tidak dapat diterima! Karena tidak ada seorang pun dari para pakar bahasa yang mengatakan demikian.
Ibnu Mandzur menukil di dalam kitabnya Lisan al-'Arab: “Sesungguhnya 'itrah Rasulullah saw. adalah keturunan Fathimah ra. Ini adalah perkataan Ibnu Sayyidah. Al-Azhari berkata, 'Didalam hadits Zaid bin Tsabit yang berkata, 'Rasulullah saw bersabda, '... …lalu dia menyebut hadits Tsaqalain'. Maka disini Rasulullah menjadikan 'itrah-nya sebagai Ahlul Bait'. Abu Ubaid dan yang lainnya berkata, ‘Itrah seorang laki-laki adalah kerabatnya'. Ibnu Atsir berkata, ‘Itrah seorang laki-laki lebih khusus dari kaum kerabatnya’. Ibnu A'rabi berkata, ‘Itrah seorang laki-laki ialah anak dan keturunannya yang berasal dari tulang sulbinya’.' Ibnu A'rabi melanjutkan perkataannya, 'Maka 'itrah Rasulullah saw adalah keturunan Fathimah.’ " (Lisan al-Arab, jld 9, hal 34)
Dari
makna-makna ini telah jelas bahwa yang dimaksud Ahlul-Bait bukan mutlak
kaum kerabat, melainkan kaum kerabat yang paling khusus. Oleh karena
itu, di dalam riwayat Imam Muslim disebutkan bahwa tatkala Zaid bin
Arqam ditanya, siapa yang dimaksud dengan Ahlul-Bait Rasulullah? Apakah
istri-istrinya? Zaid bin Arqam menjawab, "Tidak,
demi Allah. Sesungguhnya seorang wanita tidak selamanya bersama
suaminya, karena jika dia ditalak maka dia akan kembali kepada ayah dan
kaum- nya. Adapun yang dimaksud Ahlul Bait Rasulullah saw. ialah
keluarga nasabnya, yang diharamkan sedekah atas mereka sepeninggalnya
(Rasulullah saw)".
Menjadi anggota Ahlul-Bait, tidak pernah diklaim oleh seorang pun dari kaum kerabat Rasulullah saw, dan tidak pernah diklaim juga oleh istri-istri beliau saw.. Karena jika tidak demikian, maka tentunya sejarah akan menceritakan hal itu kepada kita. Tidak ada di dalam sejarah dan juga di dalam hadits shohih yang menyebutkan bahwa para istri Rasulullah saw. mengakui/ berdalil dengan ayat Al-Ahzab:33 ini.
Adapun argumentasi Ibnu Katsir
tentang keharusan memasukkan istri-istri Rasulullah saw tidaklah dapat
diterima, karena kehujjahan dhuhur bersandar kepada kesatuan ucapan.
Sebagaimana di ketahui bahwa ucapan telah berubah dari bentuk ta'nits (wanita) pada ayat-ayat sebelumnya kepada bentuk tadzkir
(lelaki) pada ayat ini. Jika yang di maksud dari ayat ini adalah
istri-istri Rasulullah saw. maka tentunya kalimat ayat tersebut berbunyi
: إنَّمَا يُرِيْدُ اللهُ لِيُذْهِبَ عَنْكُنَّ الرِّجْسَ اَهْلَ الْبَيْتِ وَيُطَهِّرَكُنَّ تَطْهِيْرًا
Oleh
karena itu, Allah swt. memulai firman-Nya setelah ayat ini, "Dan
ingatlah apa yang dibacakan di rumahmu dari ayat-ayat Allah dan
hikmah...." (QS. al-Ahzab: 34)
Tidak ada seorang pun yang mengatakan bahwa ayat Tathhir (Al-Ahzab:33) turun kepada para isteri Rasulullah saw. selain dari Ikrimah dan Muqatil.
Perkataan mereka ini tidak dapat diterima, disebabkan bertentangan
dengan riwayat-riwayat shohih yang dengan jelas mengatakan bahwa
Ahlul-Bait itu ialah para ashabul Kisa’, sebagaimana yang telah dijelaskan diatas.. Begitu juga banyak hadits shohih yang mutawatir bertentangan dengan pendapat Ikrimah dan Muqatil.
Info: Hadits al-Kisa` termasuk hadits yang shohih dan mutawatir dan diakui baik dari kalangan Salaf mau pun Khalaf.
Dengan keterangan-keterangan tadi, dapat kita simpulkan bahwa bahwa terbanyak pendapt dari para ulama yang di maksud dengan Ahlul-Bait
ialah: Amirul mukminin Ali bin Abi Thalib, Siti Fathimah, al-Hasan dan
al-Husain [ra]. Demikianlah sekilas mengenai keterangan para pakar Islam
tentang makna hadits al-Kisa’. Wallahua'lam.
2013@abdkadiralhamid
terima kasih..sangat jelas penjelasannya bagi orang2 yang berakal.solawat
ReplyDelete