Pengertian Selamatan atau Haul
Haul berasal dari bahasa arab : berarti
telah lewat atau berarti tahun. masyarakat Jawa menyebutnya
(khol/selametane wong mati) yaitu : suatu upacara ritual keagamaan untuk
memperingati meninggalnya seorang yang ditokohkan dari para wali,
ulama’, kyai atau salah satu dari anggota keluarga.
Rangkaian Acara Selametan atau Haul
1. Khotmul Qur’an yaitu membaca al-Qur’an 30 juz (mulai dari juz 1 s/d juz 30).
Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’ Syarah al-Muhadzab juz 5 hal 258. menegaskan.
يُـسْـتَـحَبُّ اَنْ يَـمْكُثَ عَلىَ اْلقَبْرِ بَعْدَ الدُّفْنِ
سَاعَـةً يَدْعُوْ لِلْمَيِّتِ وَيَسْـتَـغْفِرُ لَهُ . نَـصَّ عَلَيْهِ
اَلشَّافِعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اَلاَصْحَابُ قَالوُا : يُـسْـتَـحَبُّ
اَنْ يَـقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْئٌ مِنَ اْلقُرْأَنِ وَاِنْ خَتَمُوْا
َاْلقُرْأَنَ كَانَ اَفْضَلُ . المجموع :5 – 258.
Artinya “Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah
menguburkan mayit untuk mendoakan dan memohonkan ampunan kepadanya”,
pendapat ini disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan
bahkan pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunah dibacakan beberapa ayat
al-Qur’an di samping kubur si mayit, dan lebih utama jika sampai
menghatamkan al-Qur’an”.
2. Tahlilan
Ibnu Taimiyah menegaskan masalah tahlil dengan keterangannya sebagai berikut :
اِذَا هَلَّلَ اْلاِنْسَانُ هٰكَذَا : سَبْعُوْنَ اَلْفًا اَوْاَقَلَّ
اَوْ اَكْثَرَ وَاُهْدِيَتْ اِلَيْهِ نَـفَـعَـهُ الله ُبِذٰلِكَ
Artinya : Jika seseorang membaca tahlil sebanyak 70.000 kali, kurang
atau lebih dan (pahalanya) dihadiahkan kepada mayit, maka Allah
memberikan manfaat dengan semua itu. Fatawa XXIV/323
3. Doa yang dihadiahkan kepada mayit.
Syekh Sayyid Sabiq menjelaskan bahwa ulama’ telah sepakat mengenai
doa dan memohonkan ampunan untuk mayit sebagaimana dalil di bawah ini :
اَلدُّعَاءُ وَاْلاِسْتِـغْـفَارُ وَهٰذَا مُجْمَعٌ عَلَيْهِ لِقَوْلِ
اللهِ تَعَالىَ ( وَالَّذِيْنَ جَائُوْ مِنْ بَعْدِهِمْ يَقُوْلُوْنَ
رَبَّنَااغْفِرْ لَناَ وَِلأِخْوَانِناَ الَّذِيْنَ سَبَقُوْناَ
بِاْلاِيْمَانِ وَلاَتَجْعَلْ فِيْ قُلُوْبِناَ غِلاَّ ِللَّذِيْنَ
أَمَنُوْ رَبَّنَا اِنَّكَ رَؤُوْفٌ رَّحِيْمٌ) وَتَقَدَّمَ قَوْلُ
الرَّسُوْلِ اللهِ صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( وَاِذاَصَلَّيْتُمْ
عَلىَ اْلمَيِّتِ فَأَخْلِصُوْالَهُ اَلدُّعَاءَ ) وَحُفِظَ مِنْ دُعَاءِ
رَسُوْلِ الله ِصَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ ( اَللَّهُمَّ اْغفِرْ
لِحَيِّنَا وَمَيِّـتِـنَا ) وَلاَزَالَ اَلسَّلَفُ وَالْخَلَفُ يَدْعُوْنَ
لِْلأَمْوَاتِ وَيَسْأَلُوْنَ لَهُمْ اَلرَّحْمَةُ وَاْلغُفْرَانُ دُوْنَ
اِنْكَارٍ مِنْ اَحَدٍ .
Artinya : Do’a dan memohonkan ampun untuk mayit, pendapat ini telah
menjadi kesepakatan ulama’, hal ini berdasarkan firman Allah (Dan
orang-orang yang datang setelah mereka *muhajirin dan anshar* berdoa :
Ya Tuhan kami, ampunilah kami dan saudara-saudara kami yang telah
mendahului kami dengan iman, dan jangan engkau jadikan hati kami
“mempunyai sifat” dengki kepada orang-orang yang beriman, Ya Tuhan kami
sesungguhnya Engkau Maha penyantun dan Maha penyayang) QS. AL-HASYR AYAT
10. Dan telah disebutkan sebelumnya sabda Rasul Allah saw. Jika kamu
menyalati mayid, maka ikhlaslah dalam berdoa. Dan juga doa Rasulullah
saw. Ya Allah ampunilah orang-orang yang hidup dan yang mati kami (umat
Nabi). Ulama’ salaf dan kholaf selalu mendoakan orang-orang mati dan
mereka memohonkan kepadanya rahmat dan ampunan, tanpa seorang pun
mengingkarinya.
4.Pengajian umum yang kadang dirangkai dengan pembacaan secara
singkat sejarah orang yang dihauli, yang mencakup nasab, tanggal lahir
dan wafat, jasa-jasa, serta keistimewaan yang patut diteladani.
5.Sedekah, diberikan kepada orang-orang yang berpartisipasi pada
acara selametan, atau diserahkan langsung ke rumah masing-masing
(ater-ater) Hal ini berdasarkan kepada perintah Nabi yang berbunyi:
وَقاَلَ عَلَيْهِ الصَّلاَة ُوَالسَّلاَم ُ: ( تَصَدَّقوُاْ عَنْ
اَنـْفُـسِكُمْ وَعَنْ مَوْتاَكُمْ وَلَوْ بِشُرْبـَةِ مَاءٍ فَـاِنْ لَمْ
تَـقْدِرُوْا عَلَى ذٰلِكَ فَـبِـاَيَةٍ مِنْ كِتاَبِ اللهِ فَاِنْ لَمْ
تَعْلَمُوْاشَـيْـأً مِنْ كِتاَبِ اللهِ فَادْعُوْابِالْمَغْفِرَةِ
وَالرَّحْمَةِ فَقَدْ وَعَدَ كُمْ بِاْلاِجَابَةِ )
Rasulullah saw. bersabda : bersedekahlah kamu sekalian untuk dirimu
sendiri dan untuk ahli quburmu walau hanya dengan seteguk air, jika kamu
sekalian tidak mampu bersedekah dengan seteguk air maka bersedekahlah
dengan satu ayat dari kitab Allah, jika kamu tidak mengetahui/tidak
mengerti sesuatu dari kitab Allah, maka berdoalah dengan memohon ampunan
dan mengharap rahmat Allah, maka sesungguhnya Allah telah berjanji akan
mengabulkan. (Di terangkan dalam kitab Durro an-Nasikhin, halaman 95).
اَلصَّـدَقَةُ : وَقَدْ حَكىَ اَلنَّوَوِىُّ اَلاِجْمَاعَ عَلىَ
اَنَّهَا تَقَعُ عَنِ اْلمَيِّتِ وَيَصِلُهُ ثَوَبُهَا سَوَاءٌ كَانَتْ
مِنْ وَلَدٍ أَوْ مِنْ غَيْرِهِ . لِـمَا رَوَاهُ اَحْمَدُ وَمُسْلِمٌ
وَغَيْرُهُمَا عَنْ اَبِـىْ هُرَيْرَةَ : اِنَّ رَجُلاً قَالَ لِلنَّـبِىْ :
اِنَّ أَبِـيْ مَاتَ وَتَرَكَ مَـالاً وَلَمْ يُوْصِ فَهَلْ يُكَفِّـْر
عَنْهُ اَنْ اَتـَصَدَّقَ عَنْهُ ؟ قَالَ النَّـِبىْ , نَـعَـمْ .
Imam Nawawi menceritakan, bahwa Sedekah (shodaqoh) itu dapat diambil
manfaatnya oleh mayit dan pahalanya pun sampai kepadanya, baik sedekah
dari anaknya (keluarga) maupun selain anak (orang lain), dan ini sudah
menjadi kesepakatan ulama’, karena hadits yang diriwayatkan oleh Imam
Ahmad, Imam Muslim dan lainnya. Dari Abi hurairah ra. : seorang
laki-laki bertanya kepada Nabi saw. : Bapak saya telah meninggal, dia
meninggalkan harta dan tidak meninggalkan wasiat. Apakah dapat menebus
dosanya jika aku bersedekah sebagai gantinya?. Nabi menjawab : Ya, bisa.
Keterangan Dalam kitab Peringatan Haul hal. 23-26.
Dalil Haul
Dalil mengenai haul adalah berdasarkan hadits yang menerangkan bahwa
junjungan kita Sayyidina Muhammad saw. Telah melakukan ziarah kubur pada
setiap tahun yang kemudian diikuti oleh sahabat Abu Bakar, Umar dan
utsman. Hadits tersebut diriwayatkan oleh Imam al-Baihaqi dari
al-Waqidy.
عَنِ اْلوَاقِدِى قَالَ : كَانَ النَّبِـىُّ يَـزُوْرُ شُهَدَاءَ اُحُدٍ
فِيْ كُلِّ حَوْلٍ وَاِذَا بَلَغَ رَفَعَ صَوْتـَهُ فَيَقُوْلُ : سَلاَمٌ
عَلَيْكُمْ ِبـمَا صَبَرْتـُمْ فَـنِعْمَ عُقْبَى الدَّارِ . ثُمَّ اَبُوْ
بَكْرٍ يَـفْعَلُ مِثْلَ ذَلِكَ ثُمَّ عُمَرُ ثُمَّ عُثْمَانُ .رواه
البيهقى .
Artinya: al-Waqidy berkata “Nabi Muhammad saw. berziarah ke makam
syuhada’ uhud pada setiap tahun, apabila telah sampai di makam syuhada’
uhud beliau mengeraskan suaranya seraya berdoa : keselamatan bagimu
wahai ahli uhud dengan kesabaran-kesabaran yang telah kalian perbuat,
inilah sebaik-baik rumah peristirahatan. Kemudian Abu Bakar pun
melakukannya pada setiap tahun begitu juga Umar dan Utsman.
Diterangkan dalam kitab Ittihaf al-Sadah al-Muttaqin juz XIV hal.271,
kitab Mukhtashor Ibnu Katsir juz 2 hal.279, dan dalam kitab Raddu
al-Mukhtar ‘ala al-durri al-Mukhtar juz 1 hal 604.
Hukum Selametan 1-7, 40, 100 hari dan Haul
Mengenahi hukum haul dan selamatan ulama’ berbeda pendapat, tetapi
mayoritas ulama’ dari empat madzhab berpendapat bahwa pahala ibadah atau
amal shaleh (selametan) yang dilakukan oleh orang yang masih hidup bisa
sampai kepada orang yang sudah mati (mayit). Namun di sini akan kami
paparkan seputar khilaf para ulama mengenai hal ini (yang membolehkannya
dan yang tidak memperbolehkannya) Adapun berbagai pendapat ulama’
madzhab beserta dalil-dalilnya akan kami terangkan di bawah ini;
A. Pendapat sahih yang memperbolehkan
1. Menurut Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah
Syaikhul Islam Taqiyuddin Muhammad ibn Ahmad ibn Abd. Halim (yang
lebih populer dengan julukan Syaikhul Islam Ibnu Taimiyah dari madzhab
hambali) dalam kitab Majmu’ Fatawa : XXIV/314-315, menjelaskan sebagai
berikut ini:
اَمَّا الصَّدَقَةُ عَنِ الْمَيِّتِ فَـِانَّهُ يَنْـتَـفِعُ بِهَا
بِاتِّـفَاقِ الْمُسْلِمِيْنَ . وَقَدْ وَرَدَتْ بِذٰلِكَ عَنِ النَّبِيِّ
صَلَّى الله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ اَحَا دِيْثُ صَحِيْحَةٌ مِثْلُ قَوْلِ
سَعْدٍ ( يَا رَسُوْلَ اللهِ اِنَّ اُمِّيْ اُفْتـُلِتـَتْ نَفْسُهَا
وَاَرَاهَا لَوْ تَـكَلَّمَتْ تَصَدَّقَتْ فَهَلْ يَنْـفَـعُهَا اَنْ
اَتَـصَدَّقَ عَنْهَا ؟ فَقَالَ : نَـعَمْ , وَكَذٰلِكَ يَـنْـفَـعُهُ
اَلْحَجُّ عَنْهُ وَاْلاُ ضْحِيَةُ عَنْهُ وَالْعِتْقُ عَنْهُ وَالدُّعَاءُ
وَاْلاِسْتِـْغفَارُ لَهُ بِلاَ نِزاَعٍ بَيْنَ اْلأَئِمَّةِ .
Artinya : Adapun sedekah untuk mayit, maka ia bisa mengambil manfaat
berdasarkan kesepakatan umat islam, semua itu terkandung dalam beberapa
hadits shahih dari Nabi saw, seperti kata sa’at “Ya Rasul Allah,
sesungguhnya ibuku wafat, dan aku berpendapat jika ia masih hidup pasti
bersedekah, apakah bermanfaat jika aku bersedekah sebagai gantinya ?”
maka beliau menjawab “Ya”, begitu juga bermanfaat bagi mayit : haji,
qurban, memerdekakan budak, doa dan istighfar kepadanya, yang ini tanpa
perselisihan di antara para imam.
Dan lebih spesifik lagi beliau menjelaskan dalam hal sampainya hadiah
pahala shalat, puasa dan bacaan al-Qur’an kepada mayit dalam kitab
Fatawa : XXIV/322 sebagai berikut ini
فَاِذَا اُهْدِيَ لِمَيِّتٍ ثَوَابُ صِياَمٍ اَوْ صَلاَةٍ اَوْ قِرَئَةٍ جَازَ ذَلِكَ
Artinya : “jika saja dihadiahkan kepada mayit pahala puasa, pahala
shalat atau pahala bacaan (al-qur’an/kalimah thayyibah) maka hukumnya
diperbolehkan”.
2.Menurut Imam Nawawi
Al-Imam Abu Zakariya Muhyiddin ibn as-Syaraf, dari madzhab Syafi’i
yang terkenal dengan panggilan Imam Nawawi di dalam kitab al-Majmu’
Syarah al-Muhadzab juz 5 hal 258. menegaskan.
يُـسْـتَـحَبُّ اَنْ يَـمْكُثَ عَلىَ اْلقَبْرِ بَعْدَ الدُّفْنِ
سَاعَـةً يَدْعُوْ لِلْمَيِّتِ وَيَسْـتَـغْفِرُ لَهُ . نَـصَّ عَلَيْهِ
اَلشَّافِعِىُّ وَاتَّفَقَ عَلَيْهِ اَلاَصْحَابُ قَالوُا : يُـسْـتَـحَبُّ
اَنْ يَـقْرَأَ عِنْدَهُ شَيْئٌ مِنَ اْلقُرْأَنِ وَاِنْ خَتَمُوْا
َاْلقُرْأَنَ كَانَ اَفْضَلُ . المجموع :5 – 258.
“Disunnahkan untuk diam sesaat di samping kubur setelah menguburkan
mayit untuk mendoakan dan memohonkan ampunan kepadanya”, pendapat ini
disetujui oleh Imam Syafi’i dan pengikut-pengikutnya, dan bahkan
pengikut Imam Syafi’i mengatakan “sunah dibacakan beberapa ayat
al-Qur’an di samping kubur si mayat, dan lebih utama jika sampai
menghatamkan al-Qur’an”.
Selain paparannya di atas Imam Nawawi juga memberikan penjelasan yang lain seperti tertera di bawah ini
وَيُـسْـتَحَبُّ لِلزَّائِرِ اَنْ يُسَلِّمَ عَلىَ اْلمَقَابِرِ
وَيَدْعُوْ لِمَنْ يَزُوْرُهُ وَلِجَمِيْعِ اَهْلِ اْلمَقْبَرَةِ.
وَاْلاَفْضَلُ اَنْ يَكُوْنَ اَلسَّلاَمُ وَالدُّعَاءُ بِمَا ثَبـَتَ مِنَ
اْلحَدِيْثِ وَيُسْـتَـحَبُّ اَنْ يَقْرَأَ مِنَ اْلقُرْأَنِ مَا تَيَسَّرَ
وَيَدْعُوْ لَهُمْ عَقِبَهَا وَنَصَّ عَلَيْهِ اَلشَّاِفعِىُّ وَاتَّفَقَ
عَلَيْهِ اْلاَصْحَابُ . المجموع : 5 – 282.
“Dan disunahkan bagi peziarah kubur untuk memberikan salam atas
(penghuni) kubur dan mendoakan kepada mayit yang diziarahi dan kepada
semua penghuni kubur, salam dan doa itu akan lebih sempurna dan lebih
utama jika menggunakan apa yang sudah dituntunkan/ajarkan dari Nabi
Muhammad saw., dan disunahkan pula membaca al-Qur’an semampunya dan
diakhiri dengan berdoa untuknya, keterangan ini dinash oleh Imam Syafi’i
(dalam kitab al-umm) dan telah disepakati oleh pengikut-pengikutnya.
3.Menurut Imam Ibnu Qudamah
Al-‘Allamah al-Imam Muwaffiquddin ibn Qudamah dari madzhab Hanbali
mengemukakan pendapatnya dan pendapat Imam Ahmad bin Hanbal dalam kitab
karyanya al-Mughny juz 2 hal. 566.
قَالَ : وَلاَ بَأْسَ بِالْقِرَائَـةِ عِنْدَ اْلقَبْرِ . وَقَدْ رُوِيَ
عَنْ اَحْمَدَ اَنَّـهُ قَالَ : اِذاَ دَخَلْتمُ ْالَـْمَقَابِرَ
اِقْرَئُوْا اَيـَةَ اْلكُـْرسِ ثَلاَثَ مِرَارٍ وَقُلْ هُوَ الله ُاَحَدٌ
ثُمَّ قُلْ اَللَّهُمَّ اِنَّ فَضْلَهُ ِلأَهْلِ الْمَقَابِرِ .
Artinya “al-Imam ibn Qudamah berkata : tidak mengapa membaca
(ayat-ayat al-Qur’an atau kalimah tayyibah) di samping kubur, hal ini
telah diriwayatkan dari Imam Ahmad ibn Hanbal bahwasannya beliau berkata
: jika hendak masuk kuburan/makam, bacalah Ayat Kursi dan Qul Huwa
Allahu Akhad sebanyak tiga kali kemudian iringilah dengan doa : Ya Allah
keutamaan bacaan tadi aku peruntukkan bagi ahli kubur.
4.Menurut Fuqoha’ Ahlussunnah Wal Jama’ah
Menurut jumhur fuqoha’ ahlussunnah wal jama’ah seperti yang telah
diterangkan oleh al-‘Allamah Muhammad al-‘Araby mengutip dari hadits
Rasulullah dari sahabat Abu Hurairah ra.
وَعَنْ اَبِـى هُرَيْرَةَ رَضِىَ الله ُعَنْهُ قَالَ قَالَ رَسُوْلُ
اللهِ صَلَّىالله ُعَلَيْهِ وَسَلَّمَ مَنْ دَخَلَ اَلْمَقَابِرَ ثُمَّ
قَرَأ َفَاتِحَةَ اْلكِتَابِ وَقُلْ هُوَالله ُاَحَدٌ , وَاَلْهَاكُمُ
التَّكَاثُرْ , ثُمَّ قَالَ : اِنـِّى جَعَلْتُ ثَوَابَ مَا قَرَأْتُ مِنْ
كَلاَمِكَ ِلأَهْلِ اْلـَمقَابِرَ مِنَ اْلمُؤْمِنِيْنَ وَاْلمُؤْمِنَاتِ
كَانُوْ شُفَعَاءَ لَهُ اِلَى اللهِ تَعَالىَ .
Artinya: Abi Hurairah ra. berkata, Rasulullah saw bersabda “barang
siapa berziarah ke makam/kuburan kemudian membaca al-Fatikhah, Qul Huwa
Allah Akhad, dan al-Hakumuttakatsur, kemudian berdoa “sesungguhnya aku
hadiahkan pahala apa yang telah kubaca dari firmanmu kepada ahli kubur
dari orang mukmin laki-laki dan mukmin perempuan” maka pahala tersebut
bisa mensyafaati si mayit di sisi Allah swt”.
B. Pendapat yang tidak Memperbolehkan
1.Pendapat Ulama’ Madzab Syafi’i
Pendapat masyhur dari golongan madzhab Syafi’i bahwa pahala membaca
al-Qur’an tidak bisa sampai pada mayit, hal ini diterangkan dalam kitab
al-Adzkar hal 150.
وَاخْتَلَفَ اْلعُلَمَاءُ فِيْ وُصُوْلِ ثَوَابَ قِرَائَـةِ اْلقُرْأَنِ
فَالْمَشْهُوْرُ مِنْ مَذْهَبِ الشَّفِعِى وَجَمَاعَةٌ اَنَّهُ لاَيَصِلُ .
وَذَهَبَ اَحْمَدُ اْبنُ حَنْبَلٍ وَجَمَاعَةٌ مِنَ اْلعُلَمَاءِ
وَجَمَاعَةٌ مِنَ اَصْحَابِ الشَّاِفـِعى اِلىَ اَنـَّهُ يَـصِلُ . فَاْلاِ
خْتِـيَارُ اَنْ يَـقُوْلُ اَلْقَارِئُ بَعْدَ فِرَاغِهِ : اَللََّهُمَّ
اَوْصِلْ ثَـوَابَ مَا قَـرأْ تـُهُ اِلَى فُلاَنٍ . وَالله ُاَعْلَمُ
Artinya : Ulama’ berbeda pendapat dalam masalah sampainya pahala
bacaan al-Qur’an kepada mayit, maka menurut pendapat yang masyhur dari
madzhab syafi’i dan golongan ulama’ menyatakan tidak bisa sampai kepada
mayit, sedang Imam Ahmad bin Hanbal dan golongan ulama’ dan sebagian
dari sahabat Syafi’i menyatakan sampai kepada mayit.
Dan menurut pendapat yang terpilih: hendaknya orang yang membaca
al-Qur’an setelah selesai untuk mengiringi bacaannya dengan doa :
اَللََّهُمَّ اَوْصِلْ ثَـوَابَ مَا قَـرأْ تـُهُ اِلَى فُلاَنٍ (Ya Allah
sampaikanlah pahala bacaan al-Qur’an yang telah aku baca kepada si fulan
*mayit*)
2.Menurut pendapat Madzhab Imam Malik
Menurut pendapat ulama’ pengikut madzhab Maliki bahwasanya pahala
puasa, shalat sunnah dan bacaan al-Qur’an adalah tidak bisa sampai
kepada mayit. Keterangan kitab Majmu’ Fatawa juz XXIV hal.314-315,
وَاَمَّاالصِّـيَامُ عَنْهُ وَصَلاَةُ التَّطَوُعِ عَنْهُ وَقِرَائَةُ
اْلقُرْأَنِ عَنْهُ فَهٰذَا قَوْلاَنِ لِلْعُلَمَاءِ : اَحَدُهُمَا :
يَـنْـتَـفِعُ بِهِ وَهُوَ مَذْهَبُ اَحْمَدَ وَأَبِىْ حَنِيْفَةَ
وَغَيْرِهِمَا وَبَعْضُ اَصْحَابِ الشَّافِعِى وَغَيْرِهِمْ وَالثَّانِىْ :
لاَتَصِلُ اِلَيْـهِ وَهُوَ اَلْمَشْهُوْرُ مِنْ مَذْهَبِ مَالِكٍ
وَالشَّافِعِى
Artinya : Adapun puasa, shalat sunnah, membaca al-Qur’an ada dua pendapat :
-Mayit bisa mengambil manfaat dengannya, pendapat ini menurut Imam Ahmad, Abu Hanifah dan sebagian sahabat Syafi’i yang lain
-Tidak sampai kepada mayit, menurut pendapat yang masyhur dalam madzhab Imam Malik dan syafi’i.
Demikianlah beberapa pendapat ulama’ mengenai hukum selametan
1-7/40/100 hari/haul. Meskipun pendapatnya berbeda-beda mereka pun (para
ulama’) saling menghargai dan menghormati perbedaan tersebut dan
kesemuanya itu masing-masing memiliki tendensi atau dasar
sendiri-sendiri.
Oleh karena itu marilah kita selalu berusaha meningkatkan
profesionalisme kita, belajar bersikap lebih dewasa, dalam menyikapi
setiap perbedaan kita harus saling menghargai dan menghormati, karena
suatu perbedaan adalah rahmah bagi kita semuanya kalau kita pandai
mengambil hikmah darinya, dalam kitab Hasiyah al-Bujairomi juz 9 hal 71.
dijelaskan Perbedaan Ulama’ itu Adalah Rahmat
اِ خْـتِـلاَ فُ اْلـعُـلـَمـَاءِ رَحْـمَـةٌ
Dan ingatlah contoh tentang perbedaan pendapat yang langsung
diberikan oleh pemilik jagat raya ini, lihat al-Qur’an surah al-Kahfi
ayat 60 s/d 82 juz 16 (kisah perbedaan pendapat antara Nabi Musa dengan
Nabi khidzir), oleh karena itu marilah kita selalu menjunjung tinggi
sikap saling menghargai dan menghormati, dari situlah akan tercipta
kehidupan harmoni dan perdamaian yang bersifat abadi. Amin.
2012@abdkadiralhamid
2012@abdkadiralhamid
0 Response to "Seputar Budaya Haul, Khataman, Selamatan dan Tahlil"
Post a Comment
Silahkan komentar yg positip