//

Sekilas Menjelang Kepergian Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib r.a


Sekilas Menjelang Kepergian Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib r.a



Imam Hasan (th. 3-4 Hijriyah / th. 625-699 Masehi) bin ‘Ali Bin Abi Thalib Bin Abdul Muthalib Bin Hasyim Bin Abdu Manaf Al-Quraisy Al-Hasyimi, cucu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wa Sallam adalah anak pertama Sayyidatuna Fathimah Az-Zahra putri Rasulullah SAW.

Imam Hasan dilahirkan pada pertengahan bulan Ramadhan di Madinah Al-Munawwarah tahun 3 Hijriyah. Ummu Al-Fadhl (Isteri Al-Abbas) berkata, 
“Wahai Rasulullah, saya bermimpi seakan-akan salah satu dari anggota badanmu ada di rumahku.” 
Rasulullah SAW menjawab, 
“Kamu bermimpi sesuatu yang baik. Fathimah akan melahirkan seorang anak laki-laki, lalu kamu akan menyusuinya dengan air susu anakmu.”
Ali bin Abi Thalib r.a, berkata, “Ketika Hasan dilahirkan, Rasulullah SAW datang seraya bersabda,
“Tunjukkan cucu saya kepadaku. Kamu namakan siapa dia?”
Saya (‘Ali) menjawab,
“Saya menamakannya dengan Harb (ahli perang).”
Rasulullah bersabda,
“Tetapi sebaiknya dia bernama Hasan.”
Ketika Husain lahir, kami menamainya dengan Harb, tetapi Rasulullah SAW bersabda,
“Dia bernama Husain.”
Ketika anak ketiga lahir, Nabi SAW bertanya,
“Tunjukkan cucuku kepadaku, kamu namai siapa dia?”
saya menjawab,
“Saya menamainya dengan Harb.”
Beliau bersabda,
“Dia Muhsin.”
Kemudian beliau bersabda lagi,
“Saya menamakan mereka seperti anak-anak Harun, Syabr, Syabit, Musybir.”
Muhsin meninggal pada saat dia masih kecil.
Imam Hasan adalah seorang yang pandai, mulia, wara’, tenang, dermawan, terpuji, pemurah, senang berdamai, benci fitnah dan pertumpahan darah. Sayyidina Hasan memiliki 11 orang anak, mereka adalah:
1. Zaid,
2. Hasan,
dan ibunya bernama Khaulah bintu Manshur Al-Fazariyah,
3. Al-Qasim,
4. Abu Bakr,
5. Abdullah,
yang kelimanya terbunuh bersama pamannya Husain bin Ali di Thuff, yaitu daerah pesisir Kufah dari jalan darat yang di dalamnya terjadi pembunuhan Husain bin Ali r.a,
6. ‘Amru,
7. Abdurrahman,
8. Hasan yang dijuluki dengan Al-Asyram,
9. Muhammad,
10. Ya’qub,
11. Ismail.


Imam Hasan meninggal di Madinah tahun 49 Hijriyah, setelah
kepemimpinan Mu’awiyah berlangsung sepuluh tahun. Beliau dimakamkan di Baqi’ dan Sa’id bin Al-’Ash yang menjadi gubernur Madinah menshalatinya.


Imam Hasan telah diracun oleh isterinya, Ja’dah bintu Asy’ats bin Qays Al-Kindi. Hasan mengalami sakit selama 40 hari.
Imam Husain menghadap Imam Hasan r.a, lalu Imam Hasan berkata, 
“Wahai saudaraku, sesungguhnya aku diracun tiga kali.”
Dan ketika menjelang wafat, Imam Hasan berkata kepada Imam Husain, saudaranya,
“Wahai saudaraku, sesungguhnya ayah kita, (Sy Ali. r.a), ketika Rasulullah SAW meninggal, dia sudah dekat dengan kepemimpinan dan berharap dapat memegangnya setelah beliau. Tetapi Allah menjauhkan kepemimpinan itu darinya, dan menyerahkannya kepada Abu Bakar. Ketika Abu Bakar wafat, beliau juga menginginkan khalifah itu, tetapi ternyata kekhalifahan diberikan kepada Umar. Ketika Umar meninggal, lalu diangkatlah Dewan Enam untuk bermuryawarah dan beliau menjadi salah satu anggota dewan itu. Tidak diragukan lagi bahwa mereka tidak menginginkan beliau sehingga menyerahkan kekhalifahan kepada Utsman. Ketika Utsman meninggal, beliau (‘Ali) dibaiat sebagai khalifah kemudian dikudeta hingga terjadi peperangan, sehingga beliau tidak memegang jabatan itu secara mulus. Demi Allah, saya berpendapat bahwa Allah tidak mengumpulkan dalam diri kita Ahlul Bait antara kenabian dengan kekhalifahan. Saya benar-benar tidak tahu, saya mengkhawatirkanmu, orang-orang bodoh dari penduduk Kufah akan mengusirmu. Saya telah meminta kepada ‘Aisyah, jika saya meninggal agar diizinkan kepadaku untuk dikuburkan dirumahnya bersama Rasulullah SAW, Dia menjawab, “Ya”, jika dia berkenan kuburkanlah aku dirumahnya. Tetapi saya mengira, orang-orang akan mencegahku jika kamu ingin melakukan hal itu. Jika mereka melakukan pencegahan tersebut, maka janganlah kamu melawan mereka, tetapi kuburlah aku di Baqi’ Al-Gharqad.”
Ketika Imam Hasan meninggal, Imam Husain mendatangi ‘Aisyah meminta kepadanya untuk mengubur Sayyidina Hasan di rumahnya, dan Aisyah menjawab, “Ya, dengan senang hati.”
Tetapi berita itu sampai kepada Marwan. Dia berkata, “Husain dan Aisyah berdusta. Demi Allah, Hasan tidak boleh dikuburkan di sana selamanya. Mereka melarang Utsman untuk dikuburkan di rumah Aisyah, tetapi mereka akan menguburkan Hasan di sana.”
Sampailah berita pertengkaran itu kepada Abu Hurairah seraya berkata,
“Demi Allah, melarang Hasan dimakamkan bersama Rasulullah SAW ini adalah kezhaliman, karena dia adalah cucu Rasulullah SAW.”
Lalu Abu Hurairah mendatangi Husain dan berkata,
“Jika kamu takut akan terjadi peperangan maka kuburkan beliau di kuburan kaum muslimin.”
Akhirnya Husain membawa Hasan ke Baqi’. Dan saat itu tidak ada dari keturunan Bani Umayyah yang menyaksikan penguburan itu selain Sa’id bin Al-Ash. Hasan dikuburkan disamping neneknya, Fathimah bintu Asad. Sedangkan usia Hasan pada saat meninggal itu adalah 47 tahun dan masa kekhalifahannya berlangsung enam bulan lima hari.


Sumber: 
Rasulullah SAW Mempunyai Keturunan & Allah SWT Memuliakannya. hal 102-105.

abdkadiralhamid@2013

Subscribe to receive free email updates:

0 Response to "Sekilas Menjelang Kepergian Sayyidina Hasan Bin Ali Bin Abi Thalib r.a"

Post a Comment

Silahkan komentar yg positip