Al - Habib Umar bin Abdurrahman Al - Aththas, Shohibur Rotib
Nasab Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas.
Umar bin Abdurrahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurrahman bin Abdullah bin Sayyidina Syekh Al-Imam Al-Qutb Abdurrahman As-segaf bin Syekh Muhammad Maula Ad-Dawilayh bin Syekh Ali Shohibud Dark bin Sayyidina Al-Imam Alwi Al-Ghuyur bin Sayyidina Al-Imam Al-Faqih Al-Muqaddam muhammad bin Sayyidina Ali bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib Marbat bin Sayyidina Al-Imam Kholi Qosam bin Sayyidina Alwi bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Shohib As-Shouma’ah bin Sayyidina Al-Imam Alwi Shohib Saml bin Sayyidina Al-Imam Ubaidillah Shohibul Aradh bin Sayyidina Al-Imam Muhajir Ahmad bin Sayyidina Al-Imam Isa Ar-Rumi bin Sayyidina Al- Imam Muhammad An-Naqib bin Sayyidina Al-Imam Ali Al-Uraydhi bin Sayyidina Al-Imam Ja’far As-Shodiq bin Sayyidina Al-Imam Muhammad Al-Baqir bin Sayyidina Al-Imam Ali Zainal Abidin bin Sayyidina Al-Imam As-Syahid Syababul Jannah Sayyidina Al-Husein. Rodiyallahu ‘Anhum Ajma’in.
Al-Habib Umar bin Abdurrahman Al-Atthas, lahir tahun 992 H / 1572 M di desa Lisk, dekat kota Inat, Hadramaut. Beliau pula yang mula-mula mendapat gelar Al-Attas, “Orang yang bersin”. Disebut demikian karena, konon, ketika masih berada dalam kandungan ibundanya, Syarifah Muznah binti Muhammad Al-Jufri, beliau sering bersin. Janin yang masih dalam kandungan dan bisa bersin, tentulah luar biasa. Dan itulah karomah pertama Habib Umar. Sejak kecil beliau diasuh oleh dan dididik oleh oleh ayah beliau sendiri Habib Abdurrahman bin Aqil. Meskipun matanya buta sejak kecil, tetapi Allah SWT memberi beliau kecerdasan otak dan pandangan hati ( bashirah ), sehingga beliau medah menghapal apa saja yang didengarnya. Sejak kecil beliau anak yang tekun beribadah, hidup zuhud berpaling dari dunia dan sejak kecil sudah terlihat tanda-tanda kebesaran pada diri beliau. Sejak kecil, beliau sering ke kota Tarim dari desanya Lisk dan melakukan shalat dua raka,at di setiap masjid yang ada di kota Tarim, bahkan menimba air dari sumur untuk mengisi kolam-kolam masjid.
Ayahanda beliau, Habib Abdurrahman bin Aqil, adalah seorang ulama, tokoh para wali terkemuka, pernah menerima ilmu dan wilayah dari pamannya, yaitu Syekh Abu Bakar bin Salim, yang sangat mencintainya dan kepada ayahnya Habib Aqil, yang merupakan saudara kandung Syekh Abu Bakar bin Salim. Ketika Habib Abdurrahman wafat, di kota Huraidzah, maka Habi Umar menyuruh pembantunya untuk membantu mencarikan tanah yang cocok untuk dijadikan kuburan ayahnya. Akhirnya sang pembantu mendapatkan sebidang tanah yang ditandai dengan sebuah tiang dari cahaya. Akhirnya Habib Abdurrahman dimakamkan di tempat tersebut. Biasanya jika Habib Umar berziarah ke maqam ayahnya, maka beliau bercaka-cakap dengan ayah beliau dari balik kubur.
Habib Abdurrahman bin Aqil menikah dengan dua orang wanita, yaitu Syarifah Muznah binti Muhammad bin Ahmad bin Alwi Al-Jufri ( ibunda Habib Umar, Habib Abdullah dan Hababah Alawiyah ) dan Arobiyah binti Yamani Bathouq ( ibunda Habib Aqil, Habib Sholeh, Musyayakh dan Maryam ).
Pindahnya Habib Umar Al Atthas ke desa Huraidzah
ketika Habib Umar mencapai usia akil baligh, maka guru beliau Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim menyuruh beliau untuk berdakwah ke desa Huraidzah. Demikian pula guru beliau yang bernama Habib Hamid bin Syekh Abu Bakar bin Salim juga menyuruh beliau untuk segera berdakwah ke desa Huraidzah. Maka beliau segera berdakwah kesana. Mulanya beliau sering pulang pergi ke Huraidzah; akhirnya beliau menetap disana pada tahun 1040 H.
ketika Habib Umar tiba di Huraidzah untuk pertama kalinya, beliau diminta oleh Syekh Najjaad Adz Dzibyani untuk menetap di rumahnya, karena sangat menghormati dan barokah yang luar biasa dari beliau. Di desa tersebut ada seorang wanita yang bernama Sholahah, ia bernazar untuk memberikan hartanya dan bagian dari rumahnya kepada Habib Umar. Pemberian dari wanita itu diterima oleh beliau, yang kemudian meminangnya sebagai imbalan atas kebaikannya itu.
Selanjutnya Habib Umar mengajak ayahnya dan saudara-saudaranya untuk pindah ke Huraidzah. Pada mulanya ajakan tersebut ditolak ayah beliau; tetapi setelah keduanya minta pendapat Habib Husein dan Habib Hamid, maka kedua guru Habib Umar menyuruh Habib Abdurrahman untuk mengikuti ajakan beliau. Kedua guru beliau mengatakan :
”Wahai Abdurrahman pergilah bersama Umar, dan ikuti serta pegangi pendapatnya, sekalipun kau adalah ayahnya dan dia anakmu.”
Maka Habib Abdurrahman berkata kepada putranya :
”Wahai Umar, kalau sekarang kami mau mengikuti pendapatmu, maka lakukanlah apa saja yang terbaik bagi kami.”
Selanjutnya seluruh keluarga Habib Umar segera meninggalkan Lisk menuju desa Huraidzah.
Guru-guru Habib Umar.
1. Habib Muhdhor bin Syekh Abu Bakar bin Salim
2. Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim
3. Habib Hamid bin Syekh Abu Bakar bin Salim
4. Habib Muhammad bi Abdurrahman Al-Hadi
5. Sayyid Umar bin Isa Barakwah As Samarqandi
6. Syekh Al Kabir Ahmad bin Shahal bin Ishaq Al Hainani
7. Habib Abu Bakar bin Abdurrahman bin Syihab
8. Syekh Abdullah bin Ahmad Al Afif
9. Syekh Abdul Qadir Ba’syin Shahib Rubath
10. Habib Abu Bakar bin Muhammad Balfaqih, Shohi Qaidun.
Habib Umar sangat mengagungkan dan menghormati guru beliau yang bernama Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim, bila beliau mendengar nama gurunya yang satu ini di sebut orang, maka wajah beliau berubah karena mengagungkan gurunya tersebut, bahkan ada kalanya Habib Umar bercakap-cakap dengan Habib Husein di tengah suatu majelis, sedangkan ucapan keduanya tidak dapat dimengerti orang lain. Syekh Ali bin Abdillah Baros berkata :
”Habib Umar berkata:
“Pada suatu hari aku mendatangi Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim dengan maksud untuk mudzakarah tentang tariqah tasawuf, kebetulan ketika itu Habib Husein sedang berada ditengah anggota majelis taklimnya.
Kemudian beliau berkata :
”Wahai Umar, seseorang yang tidak mengerti suatu isyarat, maka ia tidak akan dapat mengambil manfaat dari ibarat yang terang dan siapa yang menjelaskan kata-kata yang sudah jelas, adakalanya dapat menambah pendengarannya makin bertambah bingung.”
Selanjutnya Habib Umar berkata :
”Timbul rasa takut di hatiku bahwa tutur kata guruku setelah kata-kata itu sengaja ditujukan bagiku.”
Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim sangat menghormati Habib Umar, bahkan beliau lebih mengunggulkan Habib Umar dari saudara-saudaranya dan kawan-kawannya. Habib Husein tidak pernah berdiri untuk menghormati orang, seperti halnya untuk Habib Umar. Pada suatu hari, Habib Umar bersama para tokoh Alawiyin datang ke tempat Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim, pada waktu itu Habib Umar merupaka satu-satunya orang yang paling merendahkan diri dan memakai pakaian paling sederhana, ditambah lagi ke dua matanya tidak dapat melihat; ketika Habib Husein melihat Habib Umar berada di paling belakang rombongan itu, maka Habib Husein berubah wajahnya, kemudian beliau berkata kepada orang-orang terkemuka dari rombongan itu :
”Sesungguhnya kalian hanya lebih mengutamakan penampilan lahiriah, dan kalian tidak mau memuliakan orang mulia menurut kedudukan yang sepantasnya, andaikata kalian tahu kemuliaan lelaki ini, Habib Umar, pasti kedudukan kalian tidak ada artinya, leher-leher kalian akan menunuduk dan ruh serta jasad kalian akan rindu kepadanya.”
Kemudian beliau menyebutkan keutamaan-keutamaan Habib Umar yang menyebabkan mereka merasa betapa kecilnya dirinya masing-masing.
Sebagai Ulama besar dan Sufi, Habi Umar banyak karomahnya; bahkan sampai ke negeri Cina. Suatu hari, salah seorang anak Habib Umar, yaitu Habib Abdurrahman melawat ke Cina, disana ia bertemu seorang sufi yang memberi salam dan hormat, padahal ia tidak mengenalnya.
“Bagaimana engkau mengenalku, padahal kita belum pernah berjumpa? Tanyanya.
“Bagaimana aku tidak mengenal engkau? Ayahmu Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthas, adalah guru kami, dan kami sangat menghormatinya.Habib Umar sering datang ke negeri kami dan beliau sangat terkenal di negeri ini.” Jawab sufi tersebut.
Padahal jarak antara Hadramaut dan Cina sangat jauh, namun Habib Umar telah berdakwah sampai kesana.
Sanad penerimaan kalimat Talqin bagi Habib Umar Al Attas.
Beliau menerima kalimat talqin Laa ilaaha illallah muhammadur rasulullah dari Syekh Al ‘Arif billah Assyarif Umar bin Isa Barakwah As Samarqandi Al Maghribi, yang cabangnya sampai kepada Syekh Abdul qadir Al Jailani, yang sanadnya bersambung sampai dengan Rasulullah SAW.
Budi pekerti Habib Umar Al -Atthas
Beliau dikenal sebagai seorang ‘Alim, ‘Amil, Quthub, Ghauts, Tokoh Sufi, Suci, suka memenuhi janji, Murabbi Rabbani, Da’I, suka mengajak orang ke jalan Allah SWT dengan pandangan yang bersih dan budi pekerti yang luhur, beliau himpun ilmu lahir dan batin, pelindung kaum faqir, janda dan anak yatim. Beliau senantiasa menyambut dan mengembirakan orang-orang faqir, mereka dimuliakan dan didudukkan pada tempat yang mulia, sehingga mereka sangat mencintai beliau. Beliau amat tawadhu’ dan merendahkan dirinya, karena merasa diawasi oleh Allah SWT. Beliau selalu menyuruh orang untuk bersabar, khususnya jika cobaan dan bencana sedang menimpa. Beliau sangat bersabar untuk menjalankan berbagai aktifitas ibadah.
Beliau tidak pernah tidur pada bagian separuh terakhir di malam hari, beliau pernah menghabiskan waktu malamnya untuk mengulang-ngulang bacaan do’a qunut.
Beliau amat sabar dalam menghadapi berbagai krisis, tidak pernah menyombongkan diri kepada seorangpun, mau duduk di tempat mana saja tanpa membedakan tempat yang baik atau jelek dan beliau tidak pernah menempatkan dirinya di tempat yang lebih tinggi atau di tempat yang lebih menonjol dan beliau tidak pernah mendekati kaum penguasa.
Beliau senantiasa mengikuti jejak perjalanan para sesepuh beliau yang terdahulu, para tokoh Ba’Alawi seperti perjalanan yang ditempuh oleh :
• Sayyidina Al-Faqih Al-Muqaddam Muhammad bin Ali Ba’Alawi
• Imam Abdurrahman AS-Segaf
• Habib Abdullah bin Abu Bakar Al-Aydrus
• Syekh Abu Bakar bin Salim dll.
Thoriqah mereka lebih banyak menutupi diri, tawadhu’, tidak menuruti hawa nafsu, lemah lembut, tidak ingin dikenal apalagi menonjolkan diri, karena mereka merasa, bahwa diri mereka tidak akan menjadi orang baik, kecuali hanya dengan anugerah dan kemurahan Allah SWT. Sifat ini tetap diikuti oleh anak cucu mereka, khususnya para wali yang mempunyai kedudukan, ilmu dan gemqar beramal kebajikan dan beribadah.
Jika Habib Umar meningkatkan frekwensi ibadah wajib dan sunnah, maka beliau mengikuti apa yang disebutkan oleh Imam Ghazali dalam Rubu’ul Ibadah didalam kitab Ihya ‘Ulumuddin, jika beliau ingin memperbaiki niat dan motivasi, maka beliau mengikuti apa yang diterangkan oleh Imam Ghazali didalam kitab Rubu’ul Adat dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin; jika beliau ingin menjauhi budi pekerti dan tindak tanduk yang tidak baik, maka beliau mengikuti apa yang diterangkan oleh Imam Ghazali didalam Rubu’ul Muhlikat dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin; dan jika ingin mengikuti akhlaq yang diridhoi oleh Allah SWT maka beliau mengikuti apa yang diterangkan oleh Imam Ghazali dalam Rubu’ul Munjiyat dalam kitab Ihya ‘Ulumuddin dan mencari tambahan keterangan dari kitab-kitab yang lain.
Beliau suka berwasiat untuk menyenangkan anak-anak kecil, kata beliau :
”kalau engkau tidak dapat menyenangkan anak kecil dengan memberi sesuatu, maka berikan kepada mereka meskipun sebuah batu kerikil berwarna merah”.
Beliau lebih suka menegendarai keledai di sebagian besar waktunya dan didalam perjalanannya ditengah hari yang amat panas. Disetiap perjalanannya, beliau selalu membawa kitab Ar Risalah karya Imam Qusyairi di satu tangan, sedang di tangan lain memegang kitab Al ‘Awarif. Kata beliau :
”Sesungguhnya, kitab Ar Risalah dan kitab Al ‘Awarifu Al Maarif maupun kitab-kitab yang semacamnya merupakan benteng para tokoh sufi.”
Habib Umar dan guru beliau, Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim melarang orang untuk menghisap rokok dan mengharamkannya.
Kitab-kitab yang dipesankan Habib Umar Al Attas untuk dipelajari
1. Az Zubad karya Syekh Ibnu Ruslan
2. Bidaayatul Hidaayah karya Imam Ghazali. Syekh Ali Baros pernah membaca mukakaddimah kitab Bidaayatul Hidayah di hadapan Habib Umar, kemudian beliau memberi ijazah kepada Syekh Ali Baros, sehingga Allah membuka cabang-cabang ma’rifat baginya.
3. Al Minhaj karya Imam Nawawi. Syekh Abdullah bin Umar Ba’ubaid berkata : “Ketika aku berkunjung ketempat Habib Umar, beliau berkata kepadaku :”Aku pernah membaca kitab Al Irsyad, karya Syekh Ismail Al Muqri. Maka beliau berkata kepada Syekh Ali Baros :”Wahai Ali bacakan kepadanya kitab Al Minhaj Imam Nawawi dan bacakan juga kitab itu kepada kawan-kawanmu; karena kitab tersebut membawa berkah dan memberi futuh, Insya Allah. Sebab pengarangnya seorang wali qutub dan ia berdoa’ bagi setiap pembacanya, semoga diberi barokah.
4. Ar Risalah ( Imam Qusyairi )
5. Al ‘Awarifu Al Ma’arif ( Imam Saharwudi )
Istri-istri Habib Umar Al Attas
1. Sulthonah binti Umar bin Reba’ ; dua anak ( Salim dan Musyayakh.)
2. Aliyah binti Rasam; tiga anak ( Husein, Abdurrahman dan Ali )
3. Putri Mubarak bin Jamil Baras; satu anak
4. Asma’ Ruqoqah binti Ali Ba’isa, tiga anak ( Syekh, Abdullah dan Syaikha )
5. Fatimah binti Abdullah Al Masawa, dua anak ( Alwiyah dan..)
6. Habsyiyah, satu anak ( Fatimah )
7. Fatimah binti Umar bin Sulaiman Al Amiri An Nahdi, satu anak ( Salma )
8. Zubdah, satu anak ( Syekh Albar, wafat saat kecil )
Anak laki-laki beliau yang menurunkan anak cucu : Salim, Husein, Abdurrahman, Syekh dan Abdullah.
Wafatnya habib Umar Al Attas.
Diceritakan bahwa Habib Isa bin Muhammad Al Habsyi, Habib Ahmad bin Hasyim Al Habsyi dan Habib Abdullah Al Haddad datang ke rumah Habib Umar, ingin bertamu. Mereka diterima beliau secara singkat. Dalam pertemuan itu, beliau berdoa’ dan berkata :
”Hari ini adalah hari pertemuan terakhir di dunia, semoga kita dapat bertemu lagi disisi Allah SWT.”
Kemudian beliau menyuruh kepada Habib Abdullah Al Haddad untuk pergi ke Haynan; Habib Ahmad bin Hasyim pergi ke Hajrain; sedangkan Habib Isa bin Muhammad di ajak ke desa bersama beliau.
Menjelang saat wafatnya, beliau mengulang-ngulang bait puisi :
“Wajah kekasihku adalah tatapanku, aku
Senantiasa mrnghadapkan wajahku kepadanya”
“Cukuplah dia sebagai kiblatku dan akupun
Pasrah diri kepadanya”.
( Ke dua bait puisi di atas adalah ucapan Habib Abu Bakar bin Abdullah Al Aydrus Al Adani )
Habib Husein bin Umar Al Attas berkata :”Ketika menjelang wafatnya, ayahku mengulang-ngulang bait-bait puisi Al Faqih Umar Bamahramah :
“Jika bukan dikarenakan besarnya harapan kepada Allah dan berkeyakinan baik, terhadap orang-orang yang menghiasi masjid dengan yang selalu menghadiri sholat berjama’ah,
tentunya tak seorangpun diantara kami yang mengharapkan kesenangan pada sisa umur,
sebab beristirahat di pekuburan adalah lebih baik dan lebih bermanfa’at dari hidup di dunia,
berada di antara orang-orang yang suka berbuat fitnah dan suka menghasut.”
Dikatakan pula oleh Habib Husein, bahwa sebelum tiba saat wafatnya, Habib Umar Al Attas sempat mengulang firman Allah SWT :
“Katakan :”Hai hamba-hambaku yang telah mendzalimi dirinya, janganlah kalian berputus asa dari Rahmat Allah SWT, Sesungguhnya Allah SWT berkenan memberi ampun seluruh dosa-dosa, sesungguhnya Dia Maha Pemberi Ampun dan Maha Penyayang”
Di saat yang sekritis itu, beliau betanya tentang muridnya, Syekh Abbas bin Abdillah Bahafash, sebab beliau minta dimandikan olehnya. Untungnya Syekh Abbas tiba di malam harinya, sebelum beliau wafat, sehingga beliau gembira atas kedatangannya. Sebelum beliau menghembuskan nafas terakhir, beliau minta di wudhui; maka Syekh Abbas bin Bahafash mewudhui beliau. Ketika Syekh Abbas lupa menyela-nyela janggut beliau; maka beliau mengingatkannya dengan gerakan tangan, sebab pada waktu itu beliau sudah tak dapat berkata apa-apa, tentunya hal itu ada sebagai pertanda bahwa beliau mengikuti jejak sunnah Rasulullah SAW; sekalipun di saat yang kritis.
Ketika sedang menghadapi saat-saat terakhir, maka beliau menyuruh orang-orang yang ada disekitarnya untuk berdzikir disisinya dengan suara keras, sehingga terdengar seperti gaungnya tawon. Beliau menghembuskan nafas terakhirnya dengan keadaan berdzikir dan diiringi dengan suara dzikir dari orang-orang sekitarnya.
Habib Umar bin Abdurrahman Al Atthas wafat di tengah malam, yaitu malam kamis, tanggal 23 Rabi’ul Akhir 1072 H/ 1652 M di desa Nafhun, tetapi jenazah beliau dimakamkan di desa Huraidzah pada kamis sore.
Disebutkan oleh Syekh Abdullah bin Syekh Ali bin Abdullah Baros, katanya, ketika Syekh Ali Baros wafat; maka Syekh Muhammad bin Ahmad Bamasymusy mimpi bertemu dengan Syekh Ali Baros dan ia bertanya kepadanya :
”Dimanakah engkau bertemu dengan Habib Umar ? Jawab Syekh Ali Baros :
”Aku sempat berjabat tangan dengan Habib Umar di dekat Arasy Allah SWT”
Kata-kata Mutiara Habib Umar Al Atthas
• Perhatikan kebiasaan baik yang engkau inginkan, wafat dalam kebiasaan itu, karena itu tetaplah dalam kebiasaan itu, dan perhatikanklah kebiasaan buruk yang engkau tidak inginkan wafat dalam kebiasaan seperti itu, karena itu jauhilah kebiasaan itu.
• Jika engkau melihat seseorang selalu berkelakuan baik, maka yakinlah engkau orang itu teguh agamanya.
• Sumber-sumber ilmu tidak akan berkurang sedikitpun dari generasi terkemudian, akan tetapi pada umumnya mereka datang dengan membawa wadah yang bocor, sehingga tidak memperoleh ilmu kecuali sedikit.
• Sebagian orang yang datang dengan membawa bejana yang dapat mencukupi dalam waktu sebulan, ada juga yang mencukupinya hanya 8 hari, ada juga yang hanya mencukupinya sehari, tetapi ada juga yang dapat mencukupinya sepanjang hidupnya.
• Tentang Sabda Rasulullah SAW :
“Seseorang adakalanya beramal kebajikan-kebajikan sampai antara ia dengan surga hanya tinggal sejengkal, tetapi dalam ketentuan Ilahi, ia ditetapkan sebagai penghuni neraka, sehingga ia melakukan perbuatan-perbuatan amal penghuni neraka, sampai ia masuk neraka. Seseorang adakalanya beramal kejahatan-kejahatan sampai antara ia dengan neraka hanya tinggal sejengkal, tetapi dalam ketetapan Ilahi, ia ditetapkan sebagai calon penghuni surga, maka ia beramal penghuni surga, sampai ia masuk surga.”
Pendapat Habir Umar Al Attas tentang sabda Nabi SAW diatas :
“Seseorang yang selalu mengerjakan amalan ahli surga, kebanyakannya akan masuk ke dalam surga; sebab perbuatan lahiriyah adalah lambang perbuatan batiniyah, jika ia masuk ke dalam neraka, maka hal itu jarang sekali. Hal itu seperti orang yang jatuh dari tempat yang tidak terlalu tinggi, tentunya orang itu tidak akan berbahaya. Demikian pula seorang yang melakukan amal-amal ahli neraka, kebanyakannya ia akan masuk ke dalam neraka; tetapi jika ia masuk ke dalam surga, maka hal itu jarang sekali terjadi. Hal itu seperti orang yang jatuh dari puncak gunung, kebanyakan akan wafat”
• Seorang yang melakukan amal kebajikan tetapi ia suka makan yang diharamkan, maka ia seperti seorang yang mengambil air dari tempayan yang datar, tidak akan memperoleh pahala sedikitpun.
• Dulu di antara manusia ada yang datang membawa pelita lengkap dengan minyak dengan koreknya, yakni dengan persiapan yang lengkap, sehingga gurunya dapat menyalakan. Tetapi kini banyak di antara mereka yang datang kepada gurunya, tetapi mereka tidak membawa apapun yang gurunya dapat menyalakan.
• Bersabar itu akibatnya adalah positif. Allah SWT akan selalu memberi akibat positif bagi seorang yang bersabar, alhamdulillah apa yang dikehendaki Allah SWT pasti akan ditentukan dan apa yang akan dilaksanakan Allah SWT, maka akan terlaksana.
• Hendaknya orang-orang yang menghendaki keselamatan Akhirat meninggalkan tidurnya, demi untuk mendapatkan siraman rahmat di malam hari.
• Hendaknya kalian senantiasa menghadirkan hati kalian kepada Allah SWT dan hendaknya kalian bertawakal kepadanya sepenuh hati, sebab Allah SWT mengetahui di manapun kalian berada.
• Syetan dapat menggoda manusia dari sisi manapun yang tak pernah ia perkirakan.
• Buah kurma atau ketimun dari sumber yang halal , lebih baik dari bubur daging dari sumber yang Syubhat.
• Janganlah terlalu peduli dengan dunia dan penghuninya dan janganlah merasa iri pula dengan pakaian atau makanan yang dimiliki oleh penghuninya.
• Alangkah entengnya musibah dalam agama menurut kalian, padahal kalian tidak pernah menyatakan belasungkawa andaikata aku terlambat sholat berjama’ah.
• Yang dikatakan orang baik adalah seorang yang telah melewati pintu surga sampai masuk kedalamnya.
• Kedzaliman kaum penguasa terhadap rakyatnya akan menambah kebajikan bagi rakyat negeri itu, baik di dalam masalah dunianya, maupun akheratnya, yang demikian itu sama halnya dengan sebuah sumur, makin banyak diambil airnya, maka sumur itu makin banyak memancarkan air; sebaliknya jika sumur itu tidak diambil airnya, maka tidak akan bertambah airnya sedikitpun, mungkin airnya akan menjadi busuk, karena air didalamnya tidak pernah bergerak.
• Bila waktu Sholat telah tiba, tinggalkanlah semua kegiatanmu, sebab Allah SWT lebih pantas diperhatikan daripada yang lain.
• Setiap orang yang telah menghatamkan bacaan Al-Qur’an yang ditujukan bagi arwah-arwah orang-orang yang telah wafat, hendaknya ia membaca Tahlil ( Laa ilaha illallah ) sebanyak orang yang ia kehendaki, kemudian dilanjutkan Subhaanallahi Wabihamdihi sebanyak orang yang ia kehendaki; lalu membaca Laa illaha illallah Muhammadur Rasulullah sebanyak 3X dengan memanjangkan bacaannya; lalu Sholawat sebanyak 3X ( Allahumma Sholi ‘Alaa Habibika Sayyidina Muhammadin Wa Aalihi Wa Sohbihi Wasallim ), Lalu hendaknya ia mengucapkan Ya Rasulullah alaika salam Ya Rasulullah salaamun fi salamin ‘alaika sebanyak 3X; Lalu membaca Al Fatihah 1 X, Al Ikhlas 11 X, Al Falaq 1 X, An Naas 1 X, ayat kursi 1 X, Akhir surat Al Baqarah 1 X dan Al Qadr 1 X dengan niat menghadiahkan pahalanya kepada arwah yang dituju.
• Habib Umar menganjurkan murudnya membaca Istigfar dan Al Hamdulillah sebanyak mungkin setelah membaca maulud.
• Memperbanyak baca Istigfar dan Sholawat, karena keduanya adalah sebaik-baik dzikir yang dapat menolong kesulitan di masa kini.
• Habib Abdullah berkata :”jika engkau mengucapkan 11 X tiap hari bacaan ini, berarti engkau telah menjalankan apa yang pernah diajarkan Habib Umar (Subhanakallahumma Wabihamdika Asyhadu Allaa ilaaha illa anta, Astagfiruka Wa Atuubu ilaika Wa asaluka an Tusholliya Wa Tusallima ala Abdika Wa Rasuulika Sayyidina Muhammadin Wa ‘ala Aalihi Afdola Wa Adwama aslima ma Shollait Wa sallamta alaa Ahadin min ‘Ibaadikal Mustafin. )
Kesaksian orang mulia tentang kebesaran Habib Umar Al Attas
1. Habib Muhammad bin Alawi bin Abu Bakar bin Ahmad bin Syekh Abdurrahman As Segaf :( Wali di Mekkah )
“Hendaknya setiap orang yang berkepala rela menundukkan kepalanya demi menghorwafat Habib Umar Al Attas dan demi menghorwafat kebesaran Allah SWT, sesungguhnya aku mendengar suara gemerincing di langit, demi untuk menghoewafat Habib Umar Al Attas. Kini tidak seorangpun di kolong langit lebih mulia dari Habib Umar Al Attas”
2. Habib Abdullah Al Haddad :
“Seorang yang mengenali Habib Umar Al Attas, maka akan ia dapati sifat Habib Umar Al Attas mirip dengan Sayyidina Abdurrahman As Segaf. Habib Umar Al Attas adalah ibarat hati dan kebenaran yang dimiliki oleh seseorang dan orang itu tidak memilki nafsu apapun. Habib Umar Al Attas, sifatnya seperti pepohonannya ditanam atas dasar tawadhu dan lemah lembut, sehingga tangkainya seperti itu juga.Habib Husein bin Syekh Abu Bakar bin Salim sangat bangga dikarenakan Habib Umar menunutut dari beliau”
3. Habib Isa bin Muhammad Al Habsyi :
“Habib Umar sejak kecil sudah gemar beribadah, Zuhud dan menjaga dirinya baik-baik dari sifat buruk. Beliau selalu menghorwafat para wali Allah, pengayom kaum muslim, wanita-wanita janda dan anak-anak yatim dan menghibur mereka dengan berita-berita baik, sehingga mereka amat meyakini dan mencintaibeliau sepenuh hati.
Murid-murid Habib Umar Al Attas.
1. Putra-putra beliau ( Habib Husein, Habib Salim, Habib Abdurrahman )
2. Habib Aqil ( saudara beliau )
3. Habib Abdullah bin Alwi Al Haddad
4. Habib Isa bin Muhammad Al Habsyi
5. Habib Ahmad bin Hasyim Al Habsyi
6. Habib Abdullah bin Ahmad Balfaqih
7. Habib Muhammad bin Abdurrahman Madihij
8. Sayid Ali bin Umar bin Husein bin Ali bin Syekh Abu Bakar
9. Syekh Ali binAbdullah Baros
10. Syekh Muhammad bin Ahmad Bamasymusy
11. Syekh Muhammad bin Umar Alamudi ( jilukannya :Ghazali di Budzah )
12. Syekh Abdullah bin Usman Alamudi
13. Syekh Abdullah bin Ahmad Ba’afif Alamudi
14. Syekh Aqil bin Amir bin Daghmusy
15. Syekh Sahal bin Syekh Ahmad bin Sahal Ishaq
16. Syekh Abdul Kabir bin Abdurrahman Baqis
17. Syekh Muhammad bin Abdul Kabir Baqis
18. Syekh AlFaqih Ahmad bin Abdullah bin Syekh Umar Syarahil
19. Syekh Umar bin Salim Badzib
20. Syekh bin Salim Baubad
21. Habib Husein bin Syekh Ali bin Muhammad Al Aydrus
22. Habib Ahmad bin Umar Al Hinduwan
23. Habib Zein bin Imron Ba’alawi
24. Syekh Abbas bin Abdillah Bahafash
25. Syekh Umar bin Ahmad Al Hilabi
26. Abu Said
27. Habib Abdullah bin Muhammad bin Basurah
28. Syekh Muzahim bin Ali Bajabir
29. Syekh Ali bin Sholeh
30. Qouzan Zahir
31. Al Faqih Abdurrahman Bakatir
32. Syekh Salim bin Abdurrahman Junaid Bawazir
33. Syekh Abu Bakar bin Abdurrahman bin Abdul Ma’bud Wazir
34. Muhammad bin Umar Bawazir
35. Syekh Abdullah bin Sad Bamika Syibami
36. Syekh Ahmad bin Muhammad Bajamal
37. Syekh Ali bin Thoha Assegaf
38. Syekh Umar bin Ali AzZubaidi
39. Al Faqih Abdullah bin Umar Ba’Ubad
40. Syekh Ali bin Ahmad bin Wurud Bawazir
41. Habib Aqil bin Syekh Assegaf
42. Habib Syekh bin Abdurrahman Al Habsyi
43. Syekh Ali bin Haulan Syekh Sholeh bin Kosim Al Udzri
44. Syekh Mahmud Jummal An Najar ( pernah ketemu Nabi Khidir, tapi tidak minta doa’, karena merasa cukup dengan doa’ Habib Umar )
Ratib Habib Umar Al Attas
Ratib Habib Umar Al Attas diber nama “Azizul Manal Wafathu Babil Wisol” ( Anugerah nan Agung dan pembuka pintu tujuan ) merupakan wirid yang banyak mendatangkan faedah bagi yang gemar membacanya, terutama bagi yang sedang mengalami kesulitan. Habib Umar Al Attas sendiri berwasiat,
“Rahasia dan Hikmah telah Kutitip di dalam Ratib itu”.
Sebagian Ulama mengatakan:
Dengan membaca Ratib Habib Umar Al Attas atau Ratib Al Haddad setiap malam, Allah SWT akan menjaga dan memelihara seluruh penghuni kota tempat tinggal kita, menganugerahkan kesehatan dan mengucurkan rejekinya kepada segenap penduduk. Dalam keadaan khusus dan mendesak, Ratib tersebut bisa dibaca 7 s/d 41 X berturut-turut. Begitu hebat fadilah ratib Habib Umar Al Attas, hingga Habib Husein bin Abdullah bin Muhammad bin Muhsin bin Husein Al Attas menyatakan bahwa :
“orang yang mengamalkan Ratib tersebut, tidak akan terluka, jika pada suatu hari terpatuk ular.”orang yang bisa mengamalkan ratib-ratib itu tidak akan merasa takut, ia akan selamat dari segala yang ditakuti.”.Katanya.
KELUARGA Syaikh AQIL BIN SALIM BIN ABDULLAH BIN ABDURAHMAN BIN ABDULLAH BIN SYAIKH ABDURAHMAN AS-SAQQAF
Syaikh Abdurahman bin Aqil bin Salim bin Abdullah bin Abdurahman bin Abdullah bin Syaikh Abdurahman Assaqqaf (dikenal dengan al-Atthas), mempunyai lima orang anak laki, bernama:
1. Soleh keturunannya terputus
2. Syech
3. Abdullah (keturunannya di Yafi')
4. Aqil (keturunannya di Huraidhoh, Wadi Amud, Nair, Zahir Du'an, Hadun, Jubail, Wadi Hamim dekat Mukalla, Bihan, Makkah, Yaman, Rahah)
5. Umar (sohib al-ratib) wafat tahun 1072, mempunyai sembilan orang anak laki:
a. Syech
b. Syech
c. Syech keturunannya terputus.
d. Muhsin
e. Ali
f. Husin (wafat tahun 1139 H), mempunyai delapan orang anak laki:
1. Muhsin (wafat tahun 1143 H)
2. Hamzah (wafat tahun 1211 H, keturunannya di Khuraibah, Jawa)
3. Ahmad (wafat tahun 1110 H, keturunannya di Hijir, Khuraidhah, India, Bihan, Jawa, Malaysia)
4. Tholib (wafat tahun 1210 H, keturunannya di Khuraidhoh, Jawa)
5. Hasan (wafat tahun 1151 H, keturunannya di Khuraidhoh, India, Jawa, Makkah)
6. Umar (keturunannya di Jawa)
7. Ali (wafat tahun 1156 H, keturunannya di Khuraidhoh)
8. Abdullah (wafat tahun 1150, keturunannya di Khuraidhoh, Masyhad, Jawa).
g. Salim (wafat tahun 1087 H, keturunannya di Huraidhoh, Jubail, Musyih, India, Pekalongan, Penang, Katiwar)
h. Abdurahman (wafat tahun 1116 H, keturunannya di Luhrum, Jawa, India)
i. Abdullah (wafat tahun 1150 H, keturunannya di Amud, Inaq, Jadfaroh Luhrum. Jawa, Bihan, Sihir)
abdkadiralhamid@2013
Apa arti qutubul anfas dan apakah habib Umar maqomnya dibawah habib abdulah alidrus
ReplyDelete